Orang tatua pasang par anak cucu, kalo su dapa meja puti jang lupa lesa

Senin, 14 Maret 2011

SEJARAH NEGERI BOOI


Pada mulanya penduduk Negeri Booi sekarang ini adalah merupakan penduduk pendatang, dari daerah Nunusaku di pulau Seram. Nunusaku sama dengan Nunusawane yang artinya pohon beringin yang menghimpun mereka semua yang merupakan pulau ibu.
Mereka terdiri dari dua suku bangsa yaitu suku Siwa (sembilan dan suku Lima (lima). Dari suku inilah maka terpencar-pencar dari pantai pulau Seram dan mereka datang kepulau-pulau Lease dan mencari tempat yang aman disekitar pulau Haruku dan pulau Nusalaut, dan sebagian dari suku ini datang dengan perahu "kora-koranya" dan terdampar di pantai Haturissa (batu perang) di wilayah negeri Booi dan mereka mulai menguasai daerah tersebut.

Tetapi lama kelamaan mereka didatangi oleh kelompok-kelompok yang baru yang ingin mencari tempat perlindungan yang sehingga sering terjadi perselisihan dan mengakibatkan peperangan yang menimpa kehidupan mereka namun peperangan itu selalu di pihak orang-orang yang datang dahulu yaitu siwa lima.
Setelah mereka tidak diserang lagi, lalu bermufakatlah mereka untuk mencari satu tempat yaitu disuatu gunung supaya kehidupan mereka lebih baik dan aman. Lalu mereka meninggalkan tempat itu dan mulai berjalan dan menemukan sebuah batu karang besar dan datar dari tempat itu mereka dapat melihat kesegala jurusan laut yang jauh, sedangkan dibelakang yang luas ini terlindung dengan batu karang yang besar-besar dan sukar sekali didatangi musuh. Batu karang itu menjadikan perkampungan dan letaknya sangat strategis, hal ini disebabkan karena berbatu karang terjal, dan untuk menuju ketempat itu hanya ada satu pintu masuk dan keluar disebut "Amannopunjo" yang artinya negeri muka, sedangkan pintu keluar belakang bernama "Seitol" artinya muka pisau.  Dan pada itu mereka mengangkat seseorang yang dipandang cakap untuk mengatur dan memerintah mereka secara adat yang dianutnya. Dan dalam kehidupan terdapat kerukunan, sehingga mereka bersepakat untuk mengangkat tua negeri, sehingga mereka mengangkat Matta Wael sebagai tua negeri Sawahil yang memerintah negeri tersebut.

Negeri Sawahil tersebut merupakan negeri yang tertua bagi nenek moyang orang Booi pada saat itu. Sawahil yang artinya satu. namun keadaan yang aman tersebut tidak berjalan begitu lama, karena masuknya penjajahan dengan Belanda dan kemenangan tetap berada di pihak Belanda. Hal ini disebabkan kekuatan bangsa Belanda yang cukup tangguh kerena memakai peralatan yang cukup moderen, jika dibandingkan dengan kekuatan penduduk yang hanya memkai pedang, tombak, panah dan lain-lain sebagainya yang masih bersifat traditional.

Akibat dari kekalahan tersebut maka pimpina mereka diperintahkan untuk turun bertemu engan Kapitein Belanda kapal Belanda, tetapi hal ini dilarang oleh rakyat dengan alasan bahwa nantinya akan dibunuh oleh orang Belanda tersebut. Maka atas dasar Musyawarah ditentukan adiknya "Waije" yang badannya penuh dengan penyakit "kaskadu" dana "naumang" untuk turun menggantikan tua negeri di kapal yang berlabuh di pantai Noesel.
Besok harinya, Waije berangkat bersama beberapa orang akpitan disambut kekapal untuk bertemu Kapitein kapal dan setelah itu diberikan kepadanya: "sebuah tongkat besi, kain berang" dan lain-lain benda kepadanya dan kapitein kapal mengatakan kepadanya: Pulanglah dan katakan pada rakyat bahwa kau sudah diangkat menjadi Raja untuk memerintah dan tidak boleh bermusuhan dengan orang Belanda"

Lalu Raja Waije naik dengan memakai kain berang dan tongkat besi ditangannya dan didampingi kapitan yang turut bersama-sama dengan dia pada saat itu . Setelah sampai diatas maka disambut oleh rakyat dengan gembira sebab saudaranya sudah kembali dengan selamat. Kemudian dia dibawa kembali ke Baileu "Astana astana sitanala palemahu" dan dia menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya, dan mulai saat itu Waije mendapat gelar Patti sedangkan Matta Wael mendapat tuan negeri yang mengatur petuanan hutan, sedangkanWaije sendiri memerintah negeri tersebut.

Pada suatu waktu datanglah sebuah kapal yang berlabuh di pelabuhan Noesel dan memerintahkan Patti Waije untuk turun ke kapal. Pada saat itu ia mendapat perintah untuk turun bersama rakyatnya. Pada hari yang telah ditentukan ia bersama rakyat turun ke pantai untuk diperdamaikan . Mereka semua berkumpul diatas pasir putih panjang di muka batu karang besar dimana ditentukan pada saat itu . Kemudian turunlah "Seorang Pendeta" bernama Arnolis De Plamen (=Arnold de Vlaming van Outshoorn; een wrede landvoogd/red) dan memperdamaikan mereka semua pada saat itu. Nama Pendeta tadi diberikan kepada Patti Waije sehingga menjadi Arnolis Patti. Akan kemudian ditambah "sinar" sehingga berubah menjadi Arnolis de Plamen Van Pattiasinar, karena beliaulah yang menjadi sinar atau terang bagi maksyarakatnya setelah diperdamaikan. Tetapi karena huruf 'r' diucapkan dengan bahasa Belanda kurang terang sehingga terdengar Pattiasina. untuk mengingat peristiwa tersebut , maka daerah batu itu dinamakan batu "Pendeta", sampai saat ini batu tersebut masih ada. Dengan kejadian diatas maka terjadilah perubahan-perubahan dalam struktur kebudayaan di dalam masyarakat yang ada, Perubahan paling nyata adalah masalah agama yang tadinya belum mengenal agama,  yaitu agama Kristen Protestan yang mana mereka diajar untuk menulis dan membaca Injil.

Tetapi yang menjadi hambatan adalah mereka yang tinggal digunung yang jauh sehingga mereka susah untuk dijangkau untuk perkabaran Injil, sehingga Raja dalam hal ini diperintah untuk turun kepesisir pantai untuk dijadikan sebagai tempat kediaman yang baru. Perintah dijalankan dengan cara mengumpulkan seluruh rakyat untuk membicarakan persoalan tersebut.

Pada saat itu raja menyuruh tiga nona atau ina yag masing-masing ina Lili, ina Bo dan Ina Oi ditugaskan untuk mencari kediaman yang baru di pesisir pantai sesuai dengan perintah tersebut. Maka keluarlah ketiga nona dengan bersenjatakan anak panah dan busurnya sebagai senjata mereka. Mereka bertiga menentukan pilihan dengan cara nona Lili keluar Amanowinnjo (banjung negeri) dan berjalan terus kepisisr dan menghilang tanpa kembali kemana arah tujuannya. Sedangkan Nona Bo dan nona Oi keluar pintu belakang dan berjalan terus kedaerah benteng pertahanan yang baik yang belum dilihat sebelumnya, maka mereka mengambil suatu kebijakan dengan cara melepaskan anak panahnya jatuh disungai Waelorunjo (artinya mengalir ke tanjung), sednagkan nona Oi meneukan anak panah di kaki sungai Wiloilowonjo (yang artinya berjalan diatas duri). Setelah mereka menemukan anak panah, maka masing-masing berusaha untuk bertemu kembai dimana nona Bo berjalan ke Selatan dana nona Oi berjalan ke Utara lalu keduan-duanya bertemu maka keduanya naik ke gunung dan melaporkannya kepada Raja Pattiasina di Sawahil bahwa mereka telah menemukan tempat untuk dijadikan sebagai negeri yang baru yaitu negeri Booi sekarang yang kita kenal saat ini.

Nama negeri Booi adalah merupaka gabungan dari kedua nona, yaitu Bo dan Oi dipadukan menjadi satu yaitu Booi ; sekarang negeri Booi. (sumber(bron),kepala desa Booi) 
(Tulisan ini dikutip dari http://negeribooi.multiply.com/journal)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar